Berkat kudrah dan iradah Allah, aku menjadi orang yang tidak
membebani orang lain karna kerja yang ku miliki setidaknya bisa membantu
keluarga ku tatkala dalam kesulitan. Kesuksesan yang aku raih di saat itu
hingga sekarang tidak terlepas dari doa orang tua di sertai usahaku mencari
pekerjaan yang sepadan dengan gelar yang telah kumiliki.
Disisi lain kesuksesan
yang telah kudapatkan sangat erat kaitannya dengan janjiku dengan orangtuanya
laila. Di mana pada suatu malam, aku mengunjungi rumahnya sekedar bersilaturrahmi
dengan keluarganya, malam itu aku berdiskusi banyak dengan ibunya, sampai di
akhir pembicaraan secara spontan aku berjanji kepada ibunya: Jika aku telah
mendapatkan pekerjaan yang layak maka aku akan meminang dan menikahi laila.
Sungguh suatu komitmen yang tidak pernah aku pikirkan
sebelumnya, tapi kata-kata tersebut mengalir begitu saja. Keberanian ku untuk
berkata seperti itu dikarnakan keluh kesah ibunya Laila akan berita fitnah yang
datang dari tetangga yang dekat dengan rumahnya. Fitnah itu datang karna laila
sudah layak untuk menikah, bahkan ada perkataan yang sungguh sangat tidak
bersahabat dengan gelar yang kumiliki dan khususnya kehormatan nama baik
keluarganya. Alhamdulillah, tidak lama setelah aku berjanji dengan ibunya Laila
aku pun di panggil untuk bekerja sebagai dosen di universitas almuslim. Setelah
mendapatkan kontrak pekerjaan yang jelas, malamnya aku langsung mengabari
ibunya laila dan berdiskusi kapan hari baik untuk melangsungkan ikatan suci
kami.
Tanggal 26 – 06 – 2011 menjadi moment yang indah untuk kami.
Ikatan suci yang ini akan menjadi benteng fitnah dunia dan akhirat, pesta yang
kami gelar berjalan dengan baik meskipun ada beberapa kekurangan yang memang
sudah lazim terjadi di setiap pesta pernikahan. Pernikahan kami merupakan
langkah awal kami untuk menjalani cinta yang sah dalam islam, ikatan suci ini
merubah pola hidup yang harus saling mengerti dan bertanggungjawab satu sama
lainnya.
Kebersamaan kami setelah akad hanya berjalan selama satu
minggu. Setelah itu saya harus mengantarkan istriku ke medan karna dia bekerja
sebagai pegawai negeri sipil disana. Hati ku berat meninggalkan istriku tapi
inilah hidup senang dan susah haru di lalui. Perjuangan kami dalam menjalani
bahtera cinta suci sangat berat, aku selaku suaminya Laila harus mengunjunginya
setidaknya satu bulan sekali bahkan sampai empat dan lima kali di sesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang di alaminya.
Perpisahan yang kami jalani berjalan selama 2 tahun. Doa dan
usahalah yang menyatukan kami untuk hidup serumah dan menjalani ikatan suci ini
layaknya suami – istri pada umumnya. Kemesraan terus kami bina dalam rumah
tangga, tapi ada saja cobaan dari Allah, dimana setiap suami-istri menginginkan
momongan sebagai penghibur lara dan pelengkap keluarga. Saya dan istri sudah
sangat memimpikan kehadiran buah hati tapi belum juga ada tanda-tanda baik akan
kehadirannya. Kami terus berusaha hingga akhirnya kehamilan itu datang.
Sayangnya kehamilan sang calon bayi pertama kami hanyalah titipan yang berumur
enam bulan, setelah mengecek di usia empat bulan kehamilan istriku, janin yang
sebelumnya ada tiba-tiba hilang begitu saja dan dokter menyarankan untuk
melakukan kurage agar janin istri baik dan daging calon cabang itu tidak
membusuk didalam perut. Saya dan istri mengalami trauma yang sangat berat, kami
langsung pulang dimana selama dalam perjalanan kami hanya diam tanpa ada
sepatah katapun yang keluar. Saya secara pribadi shock, begitu sampai dirumah
kami langsung masuk kamar.......Bersambung!!!!!